TRAINING HARI PERDAMAIAN INTERNASIONAL

JAKARTA (Sabtu, 22 September 2018), dua mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNISSULA Ainia Rahmayanti dan Pida Mahani menghadiri kegiatan Training Hari Perdamaian Internasional yang diselenggarakan oleh komunitas PANDAI (Pendidikan Damai Indonesia) di Aula Kemendikbud Jakarta Pusat. Kegiatan dengan tema #Burger (Buruan Gerak) “Indonesia Rumah Bersama” bertujuan untuk penyembuhan intoleransi dan pencegahan genosida dalam rangka peringatan Hari Perdamaian Internasional yang jatuh pada hari sebelumnya yaitu 21 September.

Kegiatan Training Hari Perdamaian Internasional ini dihadiri oleh 35 peserta. Kegiatan dimulai dengan perkenalan “Apa itu PANDAI”. PANDAI (Pendidikan Damai Internasional) merupakan komunitas pendidikan perdamaian yang berdasarkan kearifan lokal Indonesia. Kegiatan dari komunitas PANDAI diantaranya adalah Training Perdamaian dan#BBQ (Bersih-bersih Quy), dimana kegiatan tersebut adalah aksi kerja bakti perdamaian di beberapa tempat ibadah seperti Masjid, Gereja, dan Pura.

Acara dilanjutkan dengan Bincang Sahabat PANDAI, yang mana dihadiri oleh tokoh dari tempat ibadah pada acara #BBQ yaitu Pendeta Natanael Setiadi K. (GKI Kaayu Putih) dan Mas Rully Djohan (Masjid Lautze). Pada bincang sahabat tersebut, para tokoh mengutarakan rasa bangganya akan kegiatan #BBQ yang dapat mengayukan beberapa golongan dalam satu acara kerja bakti.

Setelah Bincang Sahabat PANDAI, acara dilanjutkan dengan game “Halo Sahabat Baru”. Game tersebut adalah game untuk memperkenalkan diri secara unik. Peserta diminta untuk memperkenalkan diri dengan menyebut nama, hobi dan fakta unik dari masing-masing peserta. Game berjalan seru dan bernuansa kekeluargaan, karena peserta duduk lesehan membentuk lingkaran besar.

Memasuki sesi dua dari Training Hari Perdamaian Internasional yaitu penyampaian materi Pengantar Ilmu Perdamaian dan Konflik. Pada sesi dua ini peserta diberikan materi tentang pentingnya inner peace dan outer peace, perbedaan positive dan negative peace, perbedaan konflik dan kekerasan, bahaya intoleransi dalam pikiran, dan juga pentingnya pencegahan genosida. Pada sesi kedua ini, peserta seolah disadarkan bahwa banyak sekali tindak intoleransi dan genosida di beberapa belahan dunia seperti Jerman, Bosnia, Rwanda, Kamboja, Myanmar dan sebagainya. Tindak intoleransi dan genosida tersebut menimbulkan dampak yang mengerikan bagi korban dan juga perdamaian dunia. Sesi kedua pada Training Hari Perdamaian Internasional ditutup dengan meditasi yang mana kita diajak untuk membayangkan kondisi tempat terjadinya tindak intoleransi dan genosida tersebut agar kita dapat  ikut prihatin dan mendoakan semua korban dalam tindak tersebut.

Kegiatan dilanjutkan pada sesi tiga, yaitu materi Transformasi Konflik. Pada sesi tiga ini, peserta diberikan materi tentang Pengatar Ilmu Transformasi Konflik, 12 Nilai Dasar Perdamaian Peace Generation, dan 9 Nilai Utama Perdamaian Gus Dur. Setelah penyampaian materi, peserta diminta berkeelompok dan mendiskusikan tentang 12 Nilai Perdamaian & 9 Nilai Utama Gus Dur dan dikaitkan dengan kehidupan saat ini.

Kemudian sesi terakhir dari Training Hari Perdamaian Internasional, peserta diminta untuk Praktik Transformasi Konflik dengan mendiskusikan studi kasus “Negara Damai” dengan beberapa region yang memiliki ciri khas dan masalah masing-masing. Tiap kelompok diminta membuat mind mapping apa yang harus dilakukan untuk menciptakan “Negara Damai” dengan kondisi region yang khas. Setelah itu, tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi tiap-tiap region, diadakan forum besar untuk membuat mind mapping besar untuk “Negara Damai”. Disitu, peserta diajak untuk membuat gerakan dan perubahan-perubahan agar dapat menciptakan negara damai yang tidak terjadi tindak intoleransi dan bibit-bibit genosida. (Aya)

Last Updated (Tuesday, 06 November 2018 03:43)