Mengenal Sejarah Sultan Agung

Gambar. Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645)

Universitas Islam Sultan Agung berdiri sejak ahun 1962, berada di Kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Universitas Islam Sultan Agung adalah Universitas Islam di Jawa Tengah yang cukup tua.  Nama Universitas Islam Sultan Agung dipilih karena terilhami oleh kebesaran nama seorang Raja Mataram Islam yang sholeh yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah salah satu raja terkenal yang hidup pada masa Islam. Beliau adalah Raja Mataram yang dilahirkan pada tahun 1593. Beliau merupakan putra dari Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Pada tahun 1613 ketika berusia 20 tahun, Sultan Agung naik tahta.

Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Beliau dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada tahun 1627. Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu.

Kehadiran Sultan Agung sebagai penguasa tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam kepada peradaban kebudayaan pada tingkat yang lebih tinggi. Sultan Agung juga memiliki keahlian baik dalam bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga menjadikan peradaban kerajaan Mataram pada tingkat yang lebih tinggi.


Sultan Agung Menjadikan Mataram sebagai pengekspor beras terbesar karena kegiatan ekonomi yang diterapkan adalah bercorak agraris. Menundukkan daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan menyerang Belanda lewat operasi militer yang dilakukan secara besar-besaran di bawah pemerintahannya

Nilai-nilai yang dapat diteladani dari perlawanan Sultan Agung terhadap VOC adalah nasionalisme, pantang menyerah dan berani mengambil resiko. Beberapa kebijakan Sultan Agung diantaranya: (1) Melakukan penyerangan ke Batavia tahun 1628 (2) Melakukan penyerangan ke Batavia tahun 1629 (3) Memperbarui kalender Jawa menyatukan dengan Kalender Hijriyah.

Selain mengawal kemajuan kesenian, Sultan Agung juga turut serta dalam menghasilkan karya seni berupa Serat Sastra Gendhing. Sastra bahasa pada zaman tersebut juga makin berkembang ketika Sultan Agung mulai memberlakukan penggunaan tingkatan bahasa di wilayah luar Yogyakarta hingga Jawa Timur.

Sultan Agung disebut sebagai budayawan karena beliau menaruh perhatian pada kebudayaan mataram,sultan agung memadukan kalender hijriah yang dipakai di pesisir utara dengan kalender saka yang masih dipakai dipedalaman,selain itu sultan agung juga dikenal sebagai penulis naskah berbau mistis yang berjudul Sastra Gending.

Prestasi Sultan Agung adalah Menjadikan Mataram sebagai pengekspor beras terbesar karena kegiatan ekonomi yang diterapkan adalah bercorak agraris. Menundukkan daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan menyerang Belanda lewat operasi militer yang dilakukan secara besar-besaran di bawah pemerintahannya

Selain itu Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli dengan Hindu dan Islam. Misalnya grebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang saat ini dikenal sebagai garebeg Puasa dan Grebeg Maulud. Selain itu Sultan Agung juga mengenalkan penanggalan tahun saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing. Adapun keberhasilan Sultan Agung dalam bdang kebudayaan yaitu dapat mengubah perhitungan peredaran Matahari ke perhitungan peredaran bulan, sehingga dianggap telah menuliskan tinta emas pada masa pemerintahannya. Berkat usaha yang dilakukan oleh Sultan Agung dalam memajukan agama dan kebudayaan Islam, ia memperoleh gelar Susuhunan (Sunan) yang selama ini diberikan kepada Wali.

Di lingkungan keraton Mataram Islam, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa Bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan satu sama lain. Kebijakan ini diharapkan dapat terciptanya rasa persatuan di antara penghuni istana. Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat. Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Sultan juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun 1645 digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.

 

 

Sumber Referensi:

De Graaf. 1985.  Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta: Temprint.

De Graaf. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram. Jakarta: Pustaka Grafiti Pers.

Kutoyo, Sutrisno. 1986. Sejarah Ekspedisi Pasukan Sultan Agung ke Batavia. Jakarta: Ditjara Mitra Ditjenbud